Entri Populer

Senin, 28 Februari 2011

Pengaruh Handphone

     "Hari gini nggak punya HP" itu yang biasanya dikatakan oleh teman-teman kita jika kita tidak mempunyai HP. Jaman sekarang HP sudah menyebar ke semua kalangan, mulai dari kalangan bawah sampai kalangan atas. Walaupun untuk kalangan bawah sangat sulit untuk mencapai keinginan mempunyai HP dengan cara meminta secara paksa kepada orangtua dengan berbagai alasan.

    Biasanya alasan mereka untuk mempunyai HP adalah :
1)Untuk mempermudah komunikasi
Untuk memudahkan berhubungan dengan orangtua, teman, bahkan pacar (jika punya). HP memang tepat untuk pelajar yang mempunyai tempat tinggal jauh dari sekolah.
2)Untuk dapat mengikuti mode yang telah trend dengan bahasa yang gaul
Misalnya seorang pelajar ber-sms dengan menggunkan kata yang lebih singkat dan lagi trend di kalangan pelajar.

Dampak HP terhadap para Pelajar
Dampak penggunaan HP terhadap pelajar itu sangat membahayakan jika digunakan dengan maksud yang tidak jelas dan dapat merugikan baik diri sendiri maupun orangtua. Guru juga sangat dirugikan oleh HP. HP dapat menghambat pemberian pelajaran kepada para pelajarnya.
   Dampak negatif yang ditimbulkan oleh HP :
1)Konsentrasi belajar menurun
Konsentrasi terhadap pelajaran menjadi berkurang karena lebih mementingkan HP mereka yang digunkan untuk ber-sms sama teman maupun membalas sms dari teman. Terlebih lagi sekolah yang memiliki pengawasan yang kurang ketat sehingga para siswa memiliki waktu luang untuk ber-sms.
2)Pengeluaran menjadi bertambah / boros
Dengan anggaran orangtua yang serba minim para siswa memaksa orangtuanya untuk dapat dibelikan HP. Belum lagi para pelajar setelah itu harus meminta uang kepada orangtua untuk membeli pulsa setip bulan bahkan setiap hari.
3)Meningkatnya video porno dan kata-kata yang tidak senonoh
Ini adalah akibat yang paling berbahaya dalam penggunaan HP oleh para pelajar. Mereka menggunakan HP dengan tujuan yang menyimpang contohnya seperti mengisi video porno kedalam HP dan menggunakan kata-kata yang tidak senonoh.

Larangan membawa HP ke sekolah
Dari sepengatahuanku HP itu lebih banyak keburukannya daripada manfaatnya. Lebih baik jika guru memperbolehkan para siswanya untuk membawa HP atau sekedar mengaktifkannya saja. Pasti dengan larangan memawa HP ke sekolah para siswa akan melakukan protes kepada guru mereka. Toh apakah dengan cara itu para guru dapat menghentikan penyalah gunaan HP oleh para siswa?. Tentu saja itu tidak dapat menghentikan penyalah gunaan HP. Walaupun terdapat video atau gambar yang tidak senonoh dan sudah dihapus oleh para guru,itu akan sia-sia jika nanti dirumah para siswa mengisi kembali HPnya dengan gambar atau video yang tidak senonoh.

Selasa, 22 Februari 2011

Olahraga Sepakbola

     Sepak bola adalah olahraga yang paling banyak digemari dan disenangi oleh masyarakat diseluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia.

     Tim nasional sepak bola Indonesia pernah memiliki kebanggaan tersendiri, menjadi tim Asia pertama yang berpartisipasi di Piala Dunia FIFA pada tahun 1938. Saat itu mereka masih membawa nama Hindia Belanda dan kalah 6-0 dari Hongaria, yang hingga kini menjadi satu-satunya pertandingan mereka di turnamen final Piala Dunia. Ironisnya, Indonesia memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak dan memiliki masyarakat dengan minat yang sangat tinggi terhadap olahraga sepak bola, menjadikan sepak bola olahraga terpopuler di Indonesia (selain bulu tangkis), namun Indonesia tidaklah termasuk jajaran tim-tim kuat di Konfederasi Sepakbola Asia.

Di kancah Asia Tenggara sekalipun, Indonesia belum pernah berhasil menjadi juara Piala AFF (dulu disebut Piala Tiger) dan hanya menjadi salah satu tim unggulan. Prestasi tertinggi Indonesia hanyalah tempat kedua di tahun 2000, 2002, dan 2004, dan 2010 (dan menjadikan Indonesia negara terbanyak peraih runner-up dari seluruh negara peserta Piala AFF). Di ajang SEA Games pun Indonesia jarang meraih medali emas, yang terakhir diraih tahun 1991.

Di kancah Piala Asia, Indonesia meraih kemenangan pertama pada tahun 2004 di China setelah menaklukkan Qatar 2-1. Yang kedua diraih ketika mengalahkan Bahrain dengan skor yang sama tahun 2007, saat menjadi tuan rumah turnamen bersama Malaysia, Thailand, dan Vietnam.

2. Kostum
    Kostum tim nasional Indonesia tidak hanya merah-putih sebab ada juga putih-putih, biru-putih, dan hijau-putih. Menurut Bob Hippy, yang ikut memperkuat timnas sejak tahun 1962 hingga 1974, kostum Indonesia dengan warna selain merah-putih itu muncul ketika PSSI mempersiapkan dua tim untuk Asian Games IV-1962, Jakarta.

Saat itu ada dua tim yang diasuh pelatih asal Yugoslavia, Toni Pogacnic, yakni PSSI Banteng dan PSSI Garuda. Yang Banteng, yang terdiri dari pemain senior saat itu, seperti M. Zaelan, Djamiat Dalhar, dan Tan Liong Houw, selain menggunakan kostum merah-putih juga punya kostum hijau-putih. Sedangkan tim Garuda, yang antara lain diperkuat Omo, Anjik Ali Nurdin, dan Ipong Silalahi juga dilengkapi kostum biru-putih. Tetapi, setelah terungkap kasus suap yang dikenal dengan "Skandal Senayan", sebelum Asian Games IV-1962, pengurus PSSI hanya membuat satu timnas. Itu sebabnya, di Asian Games IV-1962, PSSI sama sekali tidak mampu berbuat apa-apa karena kemudian kedua tim itu dirombak. Selanjutnya digunakan tim campuran di Asian Games.

Mulyadi (Fan Tek Fong), asisten pelatih klub UMS, yang memperkuat timnas mulai tahun 1964 hingga 1972, menjelaskan bahwa setelah dari era Asian Games, sepanjang perjalanan timnas hingga tahun 1970-an, PSSI hanya mengenal kostum merah-putih dan putih-putih. Begitu juga ketika timnas melakukan perjalanan untuk bertanding di sejumlah negara di Eropa pada tahun 1965. Saat itu setiap kali bermain, kita hanya menggunakan merah-putih dan putih-putih dengan gambar Garuda yang besar di bagian dada hingga ke perut. Seragam hijau-putih kembali digunakan saat mempersiapkan kesebelasan pra-Olimpiade 1976, dan kemudian digunakan pada arena SEA Games XI-1981 Manila. "Begitu juga ketika Indonesia bermain di Thailand, di mana saat itu Indonesia menjadi runner-up Kings Cup 1981," kata Ronny Pattinasarani yang memperkuat PSSI tahun 1970-1985.

Di Piala Asia 2007 yang digelar mulai 8 Juli hingga Minggu 29 Juli, Nike juga telah mendesain kostum tim nasional Indonesia, tetapi kali ini bukan hijau-putih, melainkan putih-hijau. Tentu tetap dengan detail yang sama, seperti Garuda yang selalu bertengger di dada.